SURAKARTA—Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan gagasan wasathiyah Islam berkemajuan sangat relevan di tengah dunia yang semakin menglobal, perkembangan postmodern, dan paradoks kemajuan. Ia percaya bahwa paham wasathiyah Islam berkemajuan dapat menjadi penawar dan alternatif baru.
Dalam Seminar Pra Muktamar tentang Globalisasi Gerakan Muhammadiyah pada Senin (30/05) yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Haedar memberikan secercah program Muhammadiyah dalam mengaktualisasi paham wasathiyah Islam berkemajuan di tingkat global, di antaranya: Pertama, revitalisasi Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) dan Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) sebagai sebuah jaringan.
Selain intensif hadir di setiap negara, PCIM dan PCIA juga membangun jaringan luas agar berperan di ranah global secara proaktif. Saat ini, beberapa PCIM telah memeroleh pengakuan badan hukum seperti di Amerika, Malaysia, Jerman Barat, dan Amerika Serikat.
“Saya pikir perpaduan antara PCIM dan PCIA sebagai perwakilan atau organ Muhammadiyah di setiap negara dengan pengakuan badan hukum Muhammadiyah di setiap negara akan memberikan ruang leluasa bagi peran Muhammadiyah antarbangsa,” kata Haedar.
Kedua, program kontinuitas forum-forum dunia untuk agama dan perdamaian. Haedar berharap suara agama dan perdamaian tidak hanya sekadar deklarasi-deklarasi semata, tetapi juga bisa memengaruhi kehidupan dunia dan diaktualisasikan secara nyata dan saksama. Ketiga, Ketiga, kerja sama pendidikan, kesehatan, kebencanaan, dan kemanusiaan yang selama ini sudah dilakukan oleh Muhammadiyah, perlu interkoneksi satu sama lain. Selain harus lebih aktif lagi dalam mengatasi krisis kemanusiaan global, Haedar ingin agar semua unsur-unsur terkait dalam internal Muhammadiyah dapat saling berkolaborasi dan bekerjasama secara fleksibel. Misalnya, mendirikan pusat-pusat pendidikan dan kesehatan bagi para pengungsi korban kejahatan perang, dan lain-lain. Keempat, diaspora kaderMU.
Kader Muhammadiyah di berbagai negara juga tentu bukan hanya mereka berada di sana, tetapi harus satu jaringan besar dari kehadiran Muhammadiyah lewat para aktor dan kader yang potensial untuk bisa berperan sesuai dengan bidang dan kepentingan Muhammadiyah di ranah global.
Kelima, publikasi internasional. Strategi ini penting dilakukan dengan cara penerjemahan buku-buku dan pemikiran-pemikiran Muhammadiyah. Haedar meyakini kehadiran universitas atau perguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sangatlah penting dan diharapkan mampu melakukan hal ini secara masif dan berkelanjutan.
Keenam, membangun pusat keunggulan. Haedar menekankan pentingnya membangun dan mengembangkan pusat-pusat keunggulan Muhammadiyah sebagai fase baru dan program baru pada periode ini untuk internasionalisasi gerakan Muhammadiyah yang konkret dan nyata, tetapi juga memberi dampak dalam menghadirkan Muhammadiyah ke dunia internasional.
“Orang bisa datang dan pergi, tetapi sistem akan memberikan jaminan kita untuk hadir di masa yang akan mendatang secara lebih kontinu dan berkesinambungan bahkan lebih kuat peran dan kehadirannya di tingkat internasional,” tutup Haedar.
Sumber: Muhammadiyah.or.id